Bila bisa ikhlas dan bersyukur menjalani kehidupan ini, jodoh burukpun bisa berubah menjadi jodoh baik
Dalam waktu yang bersamaan saya mendapat dua kabar tentang pernikahan . Dimana seharusnya pernikahan ada kabar yang menggembirakan bagi pelakunya. Namun kali ini pernikahan yang akan dialami tentunya tidak begitu menggembirakan. Yang pertama menikah karena kecelakaan, dan sudah saya tulis dalam tulisan ‘Menikah Kecelakaan! Salah Siapakah?’ dan yang kedua adalah mau menikah karena dijodohkan orangtua. Adakah yang salah bila menikah karena dijodohkan orangtua?
Teman wanita ini adalah yunior saya di yayasan sewaktu saya masih aktif dulu dan ia juga akrab dengan istri saya. Sehingga sering curhat, terutama masalah cinta.
Sebenarnya ia sudah punya pacar dan pernah diajak main ke rumah. Namanya anak muda, gaya pacarannya juga layaknya anak remaja umumnya. Untuk senang-senang dan suka-suka.
Sebagai seorang teman, istri saya sebenarnya kurang berkesan dengan pacarnya yang suka nongkrong dan agak nakal itu.
Tapi hanya bisa sekedar mengingatkan saja, tidak lebih dari itu.
Sebagai seorang teman, istri saya sebenarnya kurang berkesan dengan pacarnya yang suka nongkrong dan agak nakal itu.
Tapi hanya bisa sekedar mengingatkan saja, tidak lebih dari itu.
Belum lama ini istri saya dikabari oleh teman ini kalau ia mau dijodohkan dengan seorang pria dari keluarga berada. Dimana keluarga pria ini sedang mencarikan jodoh buat anaknya , dan wanita yang dicari adalah bershio tikus. Katanya cocok dan bisa bawa hoki bagi anaknya nanti.
Kebetulan kenalan dari orangtua pria ini kenal dengan ibu gadis teman kami. Dari obrolan sana sini, akhirnya mereka setuju untuk mengenalkan anak gadisnya dengan si pria , karena kebetulan gadis ini shionya tikus. Kloplah! Kemudian diaturlah waktu pertemuan itu.
Walau dengan berat hati, teman wanita kami ini untuk bertemu dengan si pria, tetapi demi baktinya pada orangtua ia paksakan diri juga untuk dikenalkan.
Setelah kenalan, dengan malu-malu si pria mengajak jalan-jalan dan belanja. Nah, ketika ingin membayar di kasir, dengan cueknya si pria hanya membayar belanjaannya sendiri. Tentunya teman wanita kami ini dengan muka cemberut membayar belanjaannya sendiri.
Kecewa, kesal, marah, dan malu bercampur aduk, ia ceritakan peristiwa ini pada istri saya.
Kecewa, kesal, marah, dan malu bercampur aduk, ia ceritakan peristiwa ini pada istri saya.
Tapi istri saya hanya bisa mengingatkan, agar bersabar dan tetap meneruskan hubungan , siapa tahu si pria sedang mengetes . Apakah teman wanitanya materialistis dan suka memanfaatkan kesempatan.
Karena teman wanita kami ini sepertinya tak berminat meneruskan hubungan lagi.
Karena teman wanita kami ini sepertinya tak berminat meneruskan hubungan lagi.
Nah, pas Imlek ini pria itu dikenalkan kepada saya dan istri disebuah rumah makan dan kami ajak ke rumah. Setelah mereka pulang saya baru tahu dari istri saya, bahwa teman wanita kami ini meminta pendapat kami tentang teman prianya.
Kalau istri saya kayaknya sok setuju dan langsung menelepon ke orangtuanya, untuk mendukung. Ketika saya ditanyakan pendapat, saya malah bingung sejenak, tapi kemudian saya hanya bisa katakan, sepertinya pria itu lugu dan bisa jadi suami yang baik. Penampilannya juga apa adanya.
Kalau istri saya kayaknya sok setuju dan langsung menelepon ke orangtuanya, untuk mendukung. Ketika saya ditanyakan pendapat, saya malah bingung sejenak, tapi kemudian saya hanya bisa katakan, sepertinya pria itu lugu dan bisa jadi suami yang baik. Penampilannya juga apa adanya.
Kemudian saya juga baru tahu, ternyata keluarga mereka sudah merencanakan pernikahan mereka pada bulan Mei nanti.
Teman wanita kami ini sebenarnya belum bisa mencintai teman prianya itu. Namun demi tekad untuk membalas budi orangtua , ia tetap rela menikah dengan pria yang dijodohkan orangtuanya.
Dalam hal ini, mungkin saya termasuk kolot dan setuju saja tentang perjodohan itu. Apa salahnya menikah dengan jodoh pilihan orangtua. Kalau memang sudah jodoh maka ada saja jalan untuk mempertemukannya.
Masalah cinta , saya yakin akan tumbuh seiring berjalannya waktu.
Masalah cinta , saya yakin akan tumbuh seiring berjalannya waktu.
Bila bisa ikhlas menerima dan bersyukur menjalani jalan kehidupan kita, maka jodoh yang tidak baikpun akan merubah menjadi baik.
Demikian sebaliknya bila menjalani hidup ini dengan semaunya dan tak tahu bersyukur, maka jodoh kehidupan yang seharusnya baikpun akan berubah jadi buruk.
Dalam hati yang paling dalam saya hanya bisa berharap untuk teman ini agar apa yang menjadi tujuannya demi untuk membahagiakan orangtua menjadi kenyataan dan kemudian kebahagiaan itu menular kedalam rumahtangganya kelak.
Semoga tulus dan ikhlas menjalani perjalanan hidup ini apapun yang terjadi……
Tidak ada komentar:
Posting Komentar